Beranda | Artikel
Al-Quran Sebagai Cermin Bagi Orang Beriman dan Hadits Mahkota Untuk Orang Tua Di Surga
Rabu, 1 April 2020

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Al-Qur’an Sebagai Cermin Bagi Orang Beriman dan Hadits Mahkota Untuk Orang Tua Di Surga adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 28 Rajab 1441 H / 23 Maret 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Al-Qur’an Sebagai Cermin Bagi Orang Beriman dan Hadits Mahkota Untuk Orang Tua Di Surga

Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan: Dan seorang mukmin yang cerdas dan berakal apabila ia membaca Al-Qur’an, dia jadikan Al-Qur’an berada di hadapannya. Seakan-akan Al-Qur’an tersebut sebagai cermin yang ia bisa melihat apa yang baik dari perbuatannya dan apa yang buruk dari apa yang telah dilakukan.

Yaitu seorang muslim ketika melihat Al-Qur’an dan ketika membaca Al-Qur’an, ia memperhatikan dan mentadaburi petunjuk petunjuk-petunjuk dan amalan-amalan yang dianjurkan oleh Al-Qur’an. Sehingga ia pun memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya di bawah cahaya Al-Qur’an. Yaitu seperti seseorang yang berada di depan cermin dan ia melihat kekurangan yang ada pada dirinya. Maka ia jadikan Al-Qur’an itu seperti cermin dengan cara ia melihat hidayah-hidayah Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an kemudian ia membandingkan amalan dan keadaannya dari apa yang tertera dalam Al-Qur’an sehingga ia pun bisa memperbaiki apa yang kurang dari amalan dan perbuatannya. Apa yang baik dari perbuatannya, ia memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena telah memberikannya taufiq dan hidayah untuk melakukan kebaikan tersebut. Dan apa yang buruk dari amalannya, ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersungguh-sungguh untuk memperbaikinya.

Apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala peringatan, ia pun menjauhinya. Dan apa yang Allah ancam, maka ia pun menghindari apa yang diancam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dihindari. Dan apa yang Allah anjurkan, ia tertarik dan ingin untuk melakukan perbuatan tersebut. Baka barangsiapa yang sifatnya demikian atau mendekati sifat ini, berarti dia telah membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya dan telah memperhatikan dengan sebenar-benarnya.

Arti “orang yang lurus” atau “orang yang mendekati kelurusan”, keduanya berjalan menuju tujuan yang benar dan keduanya berada di atas kebaikan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا

Berusahalah untuk lurus dan dekatilah kelurusan dan bergembiralah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perbedaan keduanya (orang yang lurus dan mendekati kelurusan), المسدد yaitu orang yang telah mencapai tujuan dan mengena target yang benar. Adapun المقارب yaitu orang yang berusaha untuk mengenal target yang benar atau orang yang berusaha untuk mencapai kelurusan meskipun ia belum sempurna,  namun ia teah mendekati kesempurnaan. Dan setiap dari orang yang telah mencapai kebenaran dan melakukan suatu hal yang diperintahkan dan orang yang mendekatinya sama-sama mendapatkan kabar gembira dan keduanya berada di atas kebaikan yang besar. Tentu المسدد (orang yang lurus) lebih tinggi derajatnya. Namun orang yang menjadikan tujuan justru ada berada dibelakangnya dan ia berjalan kearah yang lain, maka tentu dia tidak akan sampai kepada tujuan yang diperintahkan.

Perkataan kitab ini Rahimahullah “Berarti dia telah membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya dan ia telah memperhatikan Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya”  maksudnya yaitu orang yang dianggap benar-benar membaca Al-Qur’an bukanlah orang yang sekedar membaca huruf-huruf Al-Qur’an. Namun harus disertai dengan pemahaman dan mengamalkan apa yang diperintahkan dalam kitabullah.

Hadits Mahkota Untuk Orang Tua Di Surga

Kemudian penulis kitab ini Imam Al-Ajurri Rahimaullah mengatakan: Dan Al-Qur’an itu akan menjadi saksi, pemberi syafaat, teman dan penjaga baginya. Dan barangsiapa yang keadaannya demikian berarti dia telah memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan memberi manfaat kepada keluarganya. Bahkan orang tuanya dan anaknya akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Beliau menyebutkan suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muadz Al-Juhani Radhiyallahu ‘Anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ، أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang menghafal Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota pada hari kiamat.”

Dalam hadits ini disebutkan, “Barangsiapa yang menghafal Al-Qur’an dan mengamalkan isinya” maksudnya bahwasannya ahlul Qur’an yang merupakan keluarga Allah dan orang-orang dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu mereka yang menggabungkan antara ilmu dan amalan, menggabungkan antara pemahaman dan praktek. Karena mengamalkan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an adalah tujuan diturunkannya Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an diturunkan untuk dilaksanakan perintahnya dan dijauhi larangannya serta dibenarkan kabar-kabarnya. Maka tidak layak dan tidak sepantasnya bagi umat Islam sekedar membaca Al-Qur’an tanpa memahami dan mentadabburi, apalagi tidak mengamalkannya.

Dalam hadits disebutkan, “Akan dipakaikan kedua orang tuanya mahkota pada hari kiamat.” Karena kedua orang tua adalah sebab yang mendidik dan memotivasi anaknya untuk memperhatikan Al-Qur’an. Maka ia pun akan mendapatkan balasan dengan keduanya dipakaikan mahkota pada hari kiamat.

Kemudian lanjutan hadits tadi:

ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ  فِيه

“Mahkota tersebut lebih terang dan lebih baik daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia seandainya cahaya tersebut ada padanya.”

فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا؟

“Maka bagaimana lagi keadaan orang yang melakukan perkara tersebut?”

Jika orang tuanya saja mendapatkan mahkota yang cahayanya lebih baik daripada cahaya matahari, maka bagaimana balasan anak yang menghafalkan Al-Qur’an? Jika kedua orang tuanya saja mendapatkan mahkota yang agung, tentu ia akan mendapatkan kemuliaan dan cahaya yang lebih besar lagi.

Dan diantara perkara yang sangat penting yang kita bisa ambil dari hadits ini, yaitu dianjurkan untuk setiap orang tua untuk memotivasi anak-anaknya menghafal Al-Qur’an dan mengamalkannya. Bukan sekedar menghafal huruf-huruf dan surat-surat Al-Qur’an. Dan ini banyak dilalaikan oleh para orang tua. Karena ketahuilah sesungguhnya menghafal Al-Qur’an itu sekedar sarana, adapun tujuannya adalah mengamakan isi Al-Qur’an.

Kemudian Syaikh Hafidzahullah memberikan metode yang sangat bermanfaat cara mendidik anak untuk mengamalkan Al-Qur’an. Yaitu jika anak anda membaca Al-Qur’an, membaca ayat-ayat yang berkaitan tentang shalat, anda mengatakan kepada anak anda, “Perhatikan wahai anakku, ini adalah perintah untuk shalat, maka jagalah shalatmu. Jadilah engkau termasuk orang yang menjaga shalatmu. Karena engkau tidak akan disebut sebagai orang yang menghafalkan ayat ini kecuali jika engkau menjaga shalatmu dan memperhatikannya.”

Demikian juga dengan ayat-ayat yang memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, berbuat jujur, menepati janji dan selainnya dari akhlak-akhlak yang baik.

Demikian pula bagi para pengajar di halaqah-halaqah tahfidz yang mana seyogyanya dan seharusnya mereka memperhatikan perkara ini. Mereka harus antusias untuk mendidik anak-anak kaum muslimin dan mengajarkan mereka untuk mengamalkan Al-Qur’anul Karim. Sehingga Al-Qur’an ini menjadi hujjah/penguat untuk mereka dan bukan menjadi penentang mereka. Karena orang yang menghafal Al-Qur’an sekedar menghafalkan huruf-hurufnya saja dan tidak mengamalkannya dan bahkan melalaikan dari perintah-perintah dan larangan-larangannya, maka Al-Qur’an ini akan menjadi penentangnya pada hari kiamat nanti. Dia akan menjadi pemberat kesalahan dia pada hari kiamat nanti. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an ini adalah hujjah yang akan mendukungmu atau hujjah yang akan menentangmu.” (HR. Muslim)

Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur’an ini beberapa kaum dan menghinakan dan merendahkan sebagian yang lain.” (HR. Musim)

Hadits yang disebutkan oleh penulis kitab ini, dari sahabat Muadz Al-Juhani Radhiyallahu ‘Anhu dalam sanadnya ada Zabban bin Faid. Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah: “Beliau adalah seorang yang lemah haditsnya walaupun ia adalah orang yang shalih dan rajin beribadah.” (At-Taqrib no. 1985)

Juga dalam sanad hadits ini ada Sahl bin Muadz. Al-Hafidz mengomentari bahwasannya orang tersebut tidak mengapa kecuali dari riwayat Zabban darinya.

Namun ada hadits yang menguatkan hadits ini, yaitu hadits Buraidah yang akan kita sebutkan, hadits yang panjang namun penulis kitab ini hanya menyebutkan sebagian saja.

Kemudian Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan dengan sanadnya dari Khaitsamah beliau berkata:

مرَّتِ امرأةٌ بعيسى ابنِ مريم فقالت: طُوبى لحِجرٍ حَمَلَك، ولثَدْيٍ رَضَعْتَ منه، فقال عيسى: طُوبى لمَنْ قرأَ القرآنَ، ثمَّ عَمِلَ به

“Ada seorang wanita yang melewati Nabi ‘Isa bin Maryam ‘Alaihimussalam. Kemudian wanita tersebut mengatakan: ‘Sungguh beruntung pangkuan yang membawamu dan wanita yang engkau menyusui darinya.’ Maka Nabi ‘Isa menjawab: ‘Sungguh berntung orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya.`”

Ini adalah atsar yang diriwayatkan oleh Khaitsamah yang kemungkinan diambil dari lembaran-lembaran ahli kitab. Maka riwayat termasuk kabar Bani Israil dan secara umum makna dari atsar ini sesuai dengan nash-nash dari kitab dan Sunnah. Yaitu “Beruntunglah orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya.”

Namun kalimat طُوبى ini bisa diartikan juga “surga” dan juga sebagian mengartikan “pohon di surga” yang mana seorang pengendara melewati di bawah pohon tersebut 100 tahun. Dan juga sebagian mengartikan bahwasanya طُوبى adalah “pahala yang besar”.

Perkataan Nabi ‘Isa  “beruntunglah orang yang membaca Al-Qur’an” yaitu kitabullah diwaktu tersebut. Bisa jadi Taurat atau Injil. Dan juga atsar ini diriwayatkan dari Khaitsamah dari jaan lain selain Imam Al-Ajurri, dan lafatnya adalah “kitabullah” bukan “Al-Qur’an”.

Dan yang menguatkan atsar ini yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾

Dan orang-orang yang beriman dan hati-hati mereka tenang dengan berdzikir kepada Allah, ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati akan menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)

Simak penjelasan yang penuh manfaat ini pada menit ke-24:42

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Al-Qur’an Sebagai Cermin Bagi Orang Beriman dan Hadits Mahkota Untuk Orang Tua Di Surga


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48282-al-quran-sebagai-cermin-bagi-orang-beriman-dan-hadits-mahkota-untuk-orang-tua-di-surga/